Senin, 10 Juni 2024

SKRINING PTM




Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak menular dan bukan disebabkan oleh penularan vektor, virus, dan bakteri namun lebih banyak disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup. Dominasi masalah kesehatan di masyarakat saat ini mulai bergeser dari penyakit menular menjadi ke arah penyakit tidak menular.  Penyebab kematian utama penduduk semua golongan umur pada saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular secara berurutan yaitu stroke, hipertensi, diabetes mellitus, tumor ganas / kanker, penyakit jantung, dan pernafasan kronik. Pengendalian penyakit sebagai upaya penurunan insiden, prevalen, kesakitan atau kematian dari suatu penyakit mempunyai peranan penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat. Indikator yang digunakan dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat adalah angka kesakitan dan kematian penyakit. Penyakit tidak menular dapat dikendalikan dengan upaya pencegahan dan deteksi dini terhadap penyakit tidak menular tertentu.

Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

1.      Merokok, dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.

2.      Kurang melakukan aktifita fisik, menyebabkan penumpukan lemak dan mengurangi kebugaran  tubuh.

3.      Kurang mengonsumsi buah dan sayuran; menyebabkan kekurangan serat yang bermanfaat untuk kesehatan.

4.      Mengonsumsi alkohol, memilki dampak terhadap kesehatan hati, ginjal, otak, dan lain-lain.

Jenis Penyakit Tidak Menular Berdasarkan Urgensinya

1.      Diabetes; penyakit gangguan metabolik akibat pankreas tidak memproduksi cukup Insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan Insulin yang diproduksi secara efektif.

2.      Stroke; kondisi ketika pasokan darah ke otak terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak.

3.      Penyakit jantung koroner, terjadinya penyumbatan aliran darah pada arteri koroner.

4.      Hipertensi; peningkatan tekanan darah yang dapat menimbulkan kerusakan pada organ lain; ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke).

5.      Kanker payudara; adanya tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.

6.      Kanker leher rahim; tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim.

7.      Asma; kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan penyempitan saluran napas.

8.      PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya bisa kembali normal.

 

Dalam hal tersebut diatas maka UPTD Puskesmas Jatisawit Kecamatan jatibarang Kabupaten Indramayu Jawa Barat mengagendakan Kegiata Skrining PTM di Posbindu melibatkan Tenaga Kesehatan dan Kader Kesehatan



KELAS IBU BALITA

 





DI DESA KALIMATI  KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

Balita  merupakan  calon  generasi  penerus  bangsa, kualitas  tumbuh  kembang  balita  di Indonesia  perlu  mendapat  perhatian  serius  yaitu  mendapat  gizi  yang baik, stimulasi  yang memadai  serta  terjangkau oleh  pelayanan  kesehatan  berkualitas  sehingga  dapat  tumbuh  dan berkembang  secara  optimal. Indonesia masih  menghadapi  permasalahan  gizi  yang  berdampak serius  terhadap  kualitas  sumber daya  manusia (Kemenkes, 2017).

Kejadian balita pendek atau stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita didunia saatini.Indonesia juga masih menghadapi permasalahan gizi yang sama dan berdampa kseriusterhadap kualitas sumber dayamanusia (SDM).Permasalahangizi yang dimaksud anatara lain kegagalanpertumbuhan pada awal kehidupan seperti Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),stunting,Wasting(GiziBuruk) yang akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Balita stunting dimasa yang akandatang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal ( Kemenkes,2016; Primasari,2017).

Kekurangan  gzi  pada  balita  berdasar kan indeks  Tinggi  Badan  menurut  Umur  (TB/U) meliputi kategori  sangat  pendek  dan  pendek. Riset  Kesehatan  Dasar  (Riskesdas)  tahun 2018 menyatakan  bahwa persentase  sangat  pendek  pada  balita  usia  0-23  bulan  (baduta)  di Indonesia adalah 12,8%, sedangkan persentase pendek adalah 17,1%. Pada balita usia 0-59 bulan,  persentase  sangat  pendek  adalah 11,5%, sedangkan  persentase  pendek adalah  19,3%. Berdasarkan  hasil  Survey  Status  Gizi  Indonesia (SSGI) tahun  2021, angka  prevalensi  stunting di Indonesia  sebesar  24,4%  (Kemenkes, 2018, 2020; SSGI, 2022). Salah  satu  strategi  pemerintah  dalam  Peraturan  Presiden Nomor 72 Tahun 2021 untuk menurunkan angka stunting  adalah  perbai kan pola  asuh. Salah  satu

bentuk penerapan strategi perbaikan pola asuh adalah penerapan kelas ibu balita di UPTD puskesmas Jatisawit merupakan Program Prioritas dalam Upaya Pencegahan Stunting di wilayah Kerja Puskesmas Jatisawit .






Jumat, 07 Juni 2024

PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)


 

    Program Pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) adalah suatu pelayanan kesehatan yang melibatkan pasien, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dengan pendekatan proaktif dan pelaksanaan yang terintegrasi dalam rangka mencapai pemeliharaan kesehatan peserta BPJS yang menderita penyakit kronis dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup yang optimal dari biaya yang efektif dan efisisen. Penyakit yang di kategorikan  dalam PROLANIS yaitu pasien hipertensi dan Diabetes Melitus tipe 2 (BPJS Kesehatan,2014).

    Aktifitas Prolanis yaitu aktivitas konsultasi medis atau pemberian edukasi oleh dokter, Home Visite, Reminder, Aktifitas Club, Pemantauan status kesehatan serta palayanan obat secara rutin serta kegiatan prolanis yang dilakukan seminggu sekali. Senam yang termasuk serta dalam kegiatan prolanis yaitu senam jantung sehat, senam bugar lansia, senam oseteoporosis, dan senam aerobic low inpact (BPJS Kesehatan, 2014).

 UPTD PUSKESMAS JATISAWIT 

Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu Jawa Barat 

 

Mengadakan kegiatan PROLANIS setiap hari Jum’at puku 07.00 wib s/d 08.wib Tempat Halaman Puskesmas Jatisawit.







Kamis, 06 Juni 2024

GERAKAN ORANG TUA ASUH BALITA STUNTING

 


Program Makan Bersama Anak Asuh Stunting di Aula Puskesmas Jatisawit

Pada hari Kamis Tanggal 6 Juni 2024

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran).

Stunting adalah kondisi ketika balita memiliki tinggi badan dibawah rata-rata. Hal ini diakibatkan asupan gizi yang diberikan, dalam waktu yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Pencegahan stunting dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe) dan terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah hanya 33 %. Padahal mereka harus minimal mengkonsumsi 90 tablet selama kehamilan.

2. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.

3.  Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.

4. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. Sanitasi dan kebersihan untuk pertumbuhan anak yang sempurna intervensi gizi saja belum cukup untuk mengatasi masalah stunting. Faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan berpengaruh pula untuk kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang anak, karena anak usia di bawah dua tahun rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit.

5. Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan pun memicu gangguan saluran pencernaan, yang membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi. Sebuah riset menemukan bahwa semakin sering seorang anak menderita diare, maka semakin besar pula ancaman stunting untuknya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak yang dapat menurunkan produktivitas kerja sehingga pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan di suatu negara. Pada kondisi stunting dapat terjadi gangguan pada proses pematangan neuron otak serta perubahan struktur dan fungsi otak yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada perkembangan kognitif. Kondisi ini menyebabkan kemampuan berpikir dan belajar anak terganggu dan pada akhirnya menurunkan tingkat kehadiran dan prestasi belajar. Oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman mengenai pencegahan stunting melalui edukasi kesehatan sangat penting dalam upaya mencegah terjadinya stunting di masyarakat.


Rabu, 05 Juni 2024

Dalam Rangka Hari Keluarga Nasional Ke 31 Tahun 2024 Dan Menyemarakan Hari Kesatuan Gerak PKK Ke 52


UPTD Puskesmas Jatisawit Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu

jawa Barat 

 

Mengadakan Kegiatan Pelayanan ;

KB MKJBB ( IMPLAN,IUDI ) DAN IVA TEST DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM SADARI , DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

kanker serviks adalah satu dari sekian banyak jenis kanker yang kerap menyerang wanita. Dengan melakukan deteksi sejak dini, peluang kesembuhan kanker serviks dapat meningkat. Ada beberapa cara untuk mendeteksi kanker serviks, salah satunya adalah dengan melakukan IVA test alias pemeriksaan IVA. Simak penjelasan lengkap mengenai prosedur tes IVA untuk kanker serviks berikut ini. Terdapat berbagai macam jenis pemeriksaan untuk kanker serviks. Selain pap smear yang paling populer untuk kanker serviks, maka IVA test adalah salah satu cara lain yang juga bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks.

IVA test adalah metode inspeksi visual dengan asam asetat, atau dikenal juga dengan sebutan visual inspection with acetic acid. Seperti namanya, IVA test adalah suatu cara mendiagnosis dini kemungkinan adanya kanker serviks dengan menggunakan asam asetat.

Hasil pemeriksaan tes IVA yang muncul dapat melihat apakah terdapat pertumbuhan sel prakanker di dalam serviks alias leher rahim atau tidak.

 

Tujuan dari tes IVA adalah sebagai skrining awal untuk mendeteksi gejala-gejala kanker serviks serta mencegah terjadinya komplikasi.

Pemeriksaan IVA adalah tes yang umumnya tidak menyakitkan dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Pemeriksaan yang cenderung singkat dan tanpa melalui pemeriksaan laboratorium yang kompleks membuat IVA test relatif terjangkau ketimbang metode deteksi dini kanker serviks lainnya, seperti pap smear.



Selasa, 04 Juni 2024

 

UPTD PUSKESMAS JATISAWIT MELAKSANAKAN  KEGIATAN
PEMERIKSAAN BUTA WARNA DI SMK N 1 JATIBARANG
KECAMATAN JATIBARNG KABUPATEN INDRAMAYU

Pemeriksaan buta warna adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi defisiensi penglihatan warna yang disebabkan baik oleh kelainan herediter atau kelainan yang didapat. Pemeriksaan buta warna merupakan bagian dari pemeriksaan neurooftalmologi. Hingga kini, belum ada konsensus yang menentukan jenis pemeriksaan buta warna yang paling ideal.[1,2]

Penglihatan warna adalah kemampuan mata untuk mendeteksi dan membedakan sinar-sinar dengan panjang gelombang yang berbeda. Penglihatan warna bergantung pada 3 jenis fotoreseptor sel kerucut yakni sel kerucut biru (tritan atau s cones), sel kerucut hijau (deuteran atau m cones), dan sel kerucut merah. Penglihatan warna yang normal membutuhkan ketiga jenis sel kerucut tersebut yang berfungsi normal untuk memadukan ketiga warna primer.[3,4]

Pemeriksaan buta warna adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi defisiensi penglihatan warna yang disebabkan baik oleh kelainan herediter atau kelainan yang didapat. Pemeriksaan buta warna merupakan bagian dari pemeriksaan neurooftalmologi. Hingga kini, belum ada konsensus yang menentukan jenis pemeriksaan buta warna yang paling ideal.[1,2]

Indikasi pemeriksaan buta warna umumnya adalah sebagai persyaratan dasar untuk mendaftar sekolah atau institusi tertentu seperti angkatan laut, akademi penerbangan, farmasi, kedokteran, teknik mesin, dan profesi lainnya yang membutuhkan penglihatan warna yang normal.





SKRINING PTM

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak menular dan bukan disebabkan oleh penularan vektor, virus, dan bakteri namun lebih b...